_Ilmu hikmah_
Wayan Supadno
Indeks kompleksitas ekonomi, sebuah penilaian kepada sebuah negara yang tingkat kemampuan produksi barang langka karena inovatif, jumlahnya besar hingga jadi rebutan pasar global.
Makin banyak punya produk ekspor yang langka inovatif maka makin tinggi peringkatnya. Sebaliknya makin banyak ekspor barang mentah bahan baku maka makin rendah peringkatnya.
Indeks kompleksitas ekonomi Indonesia baru peringkat ke 61 dari 132 negara yang disurvei. Masih minim ekspor barang jadi dan kebanyakan ekspor barang mentah atau bahan baku industri negara lain.
Kisah di bawah ini perlu diambil ilmu hikmahnya, guna dipraktekkan jadi industriawan inovatif. Pencipta barang langka laku keras di pasar global lalu mengangkat indeks kompleksitas ekonomi kita.
Karena multiplier effects nya banyak. Barang sama diurai jadi beberapa produk turunan. Dengan investasi sekaligus hilirisasi invensi agar jadi inovasi. Cetak lapangan kerja, pajak, devisa dan lainnya.
Perikanan.
Pabrik ikan laut nol limbah. Digrading yang A dibekukan, B jadi kaleng (sarden) dan C maupun afkir limbah kepala ikan dijadikan tepung. Plus hasil samping minyak ikan. Ribuan orang masyarakat dikaryakan.
Justru dari ikan afkir dan limbah dapat laba besar. Karena rendemen 21% proteinnya 60% laku keras Rp 20.000/kg. Kadang membendung impor, kadang ekspor cetak devisa. Lebih untung dibanding jual ikan basah.
Punya juga usaha ikan tawar yang butuh pakan rutin skala ribuan ton/tahun. Praktis pakannya murah karena olahan dari limbah tersebut ditambah karbohidrat. Ikan dipanen jadi fillet, baru diekspor. Riil meningkatkan indeks kompleksitas ekonomi.
Buah Tropis.
Sulit bersaing di pasar Eropa karena kadar air tinggi hingga 88%, lalu dijadikan tepung dan divakum utuh. Barulah diekspor. Pendek kata ekspor 1.200 ton olahan setara dengan 10.000 ton basah karya petani.
Memberdayakan banyak petani dan karyawan. Barang murah berlimpah karena melampaui permintaan di dalam negeri. Diubah jadi " produk langka " dengan inovasi. Disukai di luar negeri. Cipta pajak dan devisa. Riil cipta kompleksitas ekonomi.
Ilmu hikmahnya, berkat manusia inovatif sekaligus berjiwa entrepreneur bisa jadi solusi konkret masalah masyarakat sekitarnya. Bersinergi dengan peneliti. Barang murah berlimpah jadi langka marketable.
Syarat itu terjadi kita harus punya banyak pengusaha tidak hanya 3,47% (BPS) seperti saat ini. Harus punya banyak peneliti yang hasil risetnya feasible dan marketable, agar indeks inovasi global tidak seperti saat ini hanya peringkat ke 75 dari 132 negara.
Selain itu butuh dukungan iklim usaha yang baik agar merangsang anak muda jadi pencipta lapangan kerja, pembayar pajak jumlah besar sekaligus cetak devisa. Tidak seperti saat ini indeks kemudahan berusaha baru peringkat 73 dari 190 negara (Bank Dunia).
Saatnya dengan rendah hati, mawas diri, agar tahu diri dan konsolidasi untuk berkontribusi membangun negeri sendiri.
Salam Inovasi 🇮🇩
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630